Madani-News.com – Kampus menjadi ruang belajar yang banyak melahirkan generasi unggul. Para generasi inilah yang kemudian telah mendorong lahirnya berbagai inovasi dalam pembangunan dan berbagai kemajuan teknologi yang saat ini bisa kita rasakan. Seperti hari ini, adanya Komputer, Internet, Smartphone, Facebook, TikTok dan kemajuan lainnya tidak lepas dari adanya peran Kampus yang telah melahirkan para aktor dibelakangnya.
Kampus sebagai institusi pendidikan kini terus tumbuh dan berkembang dengan volume yang besar. Inilah yang kemudian perlu kita perhatikan, bahwa menjamurnya kampus saat ini apakah juga telah diikuti dengan peningkatan kualitas di dalamnya? Kualitas di sini mencakup sistem belajar, ilmu yang diberikan, kapasitas para pengajar, fasilitas, riset, output dari lulusan dan dampak bagi lingkungan (masyarakat: pendidikan, ekonomi, budaya dan politik). Pasalnya, kualitas sebuah Kampus menjadi reputasi tersendiri bagi mereka dalam rangka melahirkan generasi unggul dan kompeten di masa depan serta merawat eksistensi. Kualitas inilah yang akan membuktikan bahwa kampus tersebut mampu mendedikasikan dirinya dalam pembangunan, khususnya penguatan SDM (Sumber Daya Manusia).
Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, setidaknya Kampus memiliki tiga tanggung jawab, yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan serta Pengabdian kepada Masyarakat. Ketiga hal ini selanjutnya akan ditransfer (baik ilmu maupun praktik) kepada para mahasiswa. Sehingga kapasitas mereka dari sisi pengetahuan akan tumbuhan dan sisi pengalaman di lapangan akan semakin terasah. Tumbuhnya pengetahuan dan terasahnya pengalaman inilah yang bisa mendekatkan dan merangsang kepekaan mereka pada keadaan nyata di masyarakat. Sehingga, kela mereka akan cukup pengetahuan maupun pengalaman dan siap untuk menjadi penggerak dan innovator di tempat tinggal mereka masing-masing.
Namun, melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi bukanlah hal yang mudah. Minimnya kapasitas pengajar, sistem pendidikan yang tidak terencana dengan baik dan fasilitas yang kurang mendung serta iklim politik Kampus kerap menjadi batu sandungan. Hal inilah yang kemudian berpengaruh pada output lulusan yang minim kompetensi sehingga membuat mereka latah dengan realitas sosial yang ada di masyarakat. Akhirnya mereka tidak siap untuk mengabdi pada ruang sosial, bahkan malah menjadi beban karena masuk ke dalam jurang pengangguran. Keadaan ini perlu diantisipasi dengan mewujudkan pengelolaan Kampus yang baik agar insititusi pendidikan seperti Kampus ini benar-benar bisa melahirkan SDM unggul dan siap menjadi aktor pembangunan.
Kampus Desa Emas lahir memberikan harapan baru bagi dunia pendidikan kita. Kampus Desa Emas memberikan peluang bari para generasi muda untuk belajar secara aplikatif, di mana mahasiswa akan diajak mangaplikasikan ilmu yang didapatkannya di ruang kelas ke dalam praktik pemberdayaan. Mereka akan langsung diterjunkan ke Desa/Kelurahan tempat tinggalnya untuk menciptakan project-project pemberdayaan berbasis gotong royong warga. Sehingga impact dari pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran di Kampus bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kita harus optimis bahwa Kampus Desa Emas ini dapat berjalan dengan baik. Kampus yang terus disosialisasikan oleh KH. Ir. Abdul Hakim (DPD RI) ini, ke depan diharapkan mampu mendorong tingkat pendidikan Sarjana masyarakat, menekan pengangguran, mampu menciptakan ekosistem pemberdayaan dan membantu pemerintah dalam mewujudkan kesejateraan masyarakat. Kolaborasi Kampus Desa Emas dengan Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) menjadi ikhtiar bersama, membangun SDM Unggul dan Kompeten serta mampu berdaya bersama warga.
Penulis : Mustika Edi Santoso (Sekjend GenPI Lampung & Direktur Payung University)